Banyak
orang berkata bahwa salah satu ciri kegalauan akut adalah saat kamu
mendengarkan lagu, dan kamu merasa bahwa lagu itu bernyanyi tentang kamu. Dan tampaknya
kali ini aku menyetujui statement tersebut.
Pasca break, merupakan masa yang membuatku
begitu rapuh. Semakin banyak celah untuk mengingat betapa terlalu banyak
kenangan-kenangan indah yang ditinggalkan di sudut-sudut serpihan rindu yang
tergeletak di dalam benda yang mengandung memori. Misalnya, saat aku tertunduk
lesu sebelum akhirnya perlahan meneteskan air mataku setelah mendengarkan lagu
dari salah satu band yang sering kita nyanyikan bersama ditengah malam dibawah
lampu-lampu kota dalam perjalanan pulang sembari dia memegang tanganku dan aku
menyandarkan kepalaku di bahunya.
Aku
sadar betul bahwa tidak ada waktu yang tepat untuk mengakhiri suatu hubungan.
Namun disisi lain, kesadaranku menuntunku untuk berdiri pada suatu keputusan.
Bukan karena gengsi, namun aku berfikir jika kita tetap melanjutkan dengan
keadaan seperti ini, pastinya tidak akan pernah ada perubahan untuk kita kedepannya.
Aku yakin, bahwa kondisi seperti ini cepat atau lambat akan datang pada suatu
hubungan, baik yang sudah bertahun-tahun berhubungan atau yang baru seumur
jagung dan aku berfikir tidak ada salahnya terlalu cepat mengambil keputusan, sehingga
aku dapat melaluinya dengan lebih cepat pula.
Hmm
seandainya obat untuk hepatitis itu dapat juga menyembuhkan sakit hati karena
cinta. Memang hepatitis dan sakit hati karena cinta itu dua penyakit yang
berbeda. Tapi keduanya mempunyai waktu untuk sembuh dan aku yakin, jika tiba
saatnya penyakit yang ada di ranah hati, waktu yang menjadi teman terbaik untuk
menjadikannya sembuh.
Hening...
Basah...
Yes,
so many years we’ve tried to keep our love alive..
Ngantuk...
Tidur...
-_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar